Jumat, 11 Juni 2010

Analisis Sederhana Hubungan Pendapatan Biaya dan Keuntungan Produksi Rokok PT. Gudang Garam Tbk. Tahun 2007

Analisis Sederhana Hubungan Pendapatan Biaya dan Keuntungan Produksi Rokok PT. Gudang Garam Tbk. Tahun 2007
Keberadaan industri rokok di Indonesia memang dilematis. Di satu sisi mereka diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan bagi pemerintah karena cukai rokok diakui mempunyai peranan penting dalam penerimaan negara. Namun di sisi lainnya dikampanyekan untuk dihindari karena alasan kesehatan. Peranan industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat semakin besar, selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak tenaga kerja. Dalam 10 tahun terakhir industri rokok di Indonesia mengalami pertumbuhan fenomenal. Resesi ekonomi yang dimulai dengan krisis moneter sejak Juli 1997 tidak terlalu berpengaruh dalam kegiatan industri tersebut. Pada Tahun 1994 penerimaan negara dari cukai rokok saja mencapai Rp 2,9 triliun, Tahun 1996 meningkat lagi menjadi Rp 4,153 triliun bahkan pada tahun 1997 yang merupakan awal dari krisis ekonomi penerimaan cukai negara dari industri rokok menjadi Rp 4,792 triliun dan tahun 1998 melonjak lagi menjadi Rp 7,391 triliun (Indocommercial, 1999: 1).
Dalam industri rokok, dominasi dari para pelaku utama bisnis ini sudah cukup dikenal. Pada tiga tahun terakhir (tahun 1999, 2000, 2001) ternyata 3 perusahaan rokok, yaitu PT.Gudang Garam Tbk, PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Djarum, selalu masuk dalam jajaran “Sepuluh Besar Perusahaan Terbaik di Indonesia” di antara 200 Top Companies di Asia yang disusun peringkatnya oleh majalah Far Eastern Economic Review (FEER).
Di tengah krisis ekonomi yang dinilai belum tampak pangkal akhirnya, sungguh melegakan bahwa setidaknya ada 10 perusahaan yang masuk kategori berkinerja prima di antara 200 perusahaan terbaik di kawasan Asia. Menariknya, di antara 10 besar tersebut, tiga di antaranya merupakan raksasa kretek Indonesia.
Uniknya, lokasi empat perusahaan rokok yang mengusai pasar di Indonesia PT. Gudang Garam Tbk, PT. HM. Sampoerna Tbk, PT Djarum, dan PT. Bentoel masing-masing amat terkonsentrasi secara geografis. Secara regional, masing-masing Perusahaan ini berperanan dalam tumbuh dan berkembangnya kluster industri rokok di Kabupaten Kediri, Kota Surabaya, Kabupaten Kudus dan Kota Malang.
PT. Gudang Garam Tbk didirikan pada tahun 1958 di Kediri, pertama kali memproduksi klobot kretek. Berkat sistem manajemen yang profesional terutama menjelang tahun–tahun awal 1980-an perusahaan ini melejit mendahului perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan ini menjadi perusahaan publik terbesar dalam industri rokok. PT Gudang Garam, Tbk adalah penguasa pangsa pasar terbesar industri rokok kretek di Indonesia yang menghasilkan 74,4 miliar batang rokok atau 45,4 % dari jumlah produksi 22 perusahaan terbesar yang bergabung dalam GAPPRI. Porsi sigaret kretek tangan (SKT) yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut terus menurun, pada tahun 1998 dari 74,4 miliar batang rokok yang dihasilkan 61,2 miliar batang rokok (82,1%) adalah sigaret kretek mesin (SKM), sementara produksi SKT dan klobot hanya 13,1 miliar (Indocommercial, 1999:1)
Melalui merek andalannya, Gudang Garam Pada tahun 2002 Pernah menguasai pangsa pasar hingga 50%. Sumbangan terbesar Gudang Garam diperoleh dari SKM dengan merek Gudang Garam Filter International. Merek dalam segmen SKM yang dimiliki oleh Gudang Garam antara lain Gudang Garam Surya 12, Gudang Garam Surya 16, Gudang Garam Filter International Merah 12, Gudang Garam Filter International Merah 16. Sedangkan merek dalam segmen SKT yang dimiliki Gudang Garam adalah Gudang Garam King Size 12,Gudang Garam King Size 16 dan Gudang Garam Surya Pro (Indocommercial, 2002: 4)
PT. Gudang Garam juga merupakan salah satu produsen rokok kretek terkemuka yang menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia, memproduksi lebih dari 70 miliar batang rokok dari 220 miliar produksi rokok nasional pada tahun 2001 atau menguasai sekitar 32% produksi rokok nasional. Selain itu PT. Gudang Garam Tbk. dikenal sebagai produsen rokok kretek yang bermutu tinggi. Sehingga sejak 8 tahun lalu, selain memproduksi rokok untuk memenuhi permintaan nasional, PT. Gudang Garam juga memproduksi rokok dengan kualitas dunia untuk diekspor ke beberapa negara di dunia seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Saudi Arabia, Australia, Jepang, Belanda, Jerman, Prancis dan Inggris sesuai dengan permintaan khusus atas jenis rokok yang paling diminati oleh masing-masing negara pengimpor.
Berdasarkan sekilas deskripsi Perkembangan Industri Rokok di indonesia sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT. Gudang Garam Tbk. sebagai bagian dari Industri rokok di Indonesia dapat dikategorikan dalam Industri Oligopoli. Sebab, pangsa pasar rokok di Idonesia hanya dikuasai oleh 4 perusahaan besar Lokal sejenis dan satu Perusahaan Asing yaitu Philip Morris Co.Ltd. (perusahaan penghasil rokok) saat itu. Sehingga Setiap perusahaan yang bersangkutan harus mengetahui bahwa setiap kebijakan harga, kualitas, output, dan iklan yang mendorong reaksi dari pesaing merupakan kunci Keberhasilan Perusahaan dalam memperebutkan konsumen. Selain itu, kondisi persaingan yang ketat akan menjadi hambatan yang berarti bagi pesaing baru untuk masuk dalam industri tersebut.
Salah satu prinsip penting yang perlu dicermati oleh perusahaan dalam Industri Oligopoli adalah Perusahaan tidak memiliki kekeluasaan terhadap Penentuan harga, faktor-faktor yang melatarbelakanginya antara lain :
1. Kebijakan suatu perusahaan untuk menurunkan harga dengan maksud meningkatkan permintaan hanya menghasikan peningkatan keuntungan sesaat. Sebab, kebijakan tersebut akan memicu reaksi perusahaan pesaing untuk melakukan penurunan harga pula. Sehingga kondisi tarik-menarik permintaan yang terjadi antara Perusahaan dalam Industri Oligopoli akan selalu terjadi. Kondisi tersebut dapat terlihat dalam Kurva Permintaan Patah.
2. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian yang tidak stabil, Kebijakan suatu Perusahaan untuk menaikkan harga dengan maksud menekan kerugian atas kenaikan biaya total atau dengan maksud meningkatkan keuntungan, akan menimbulkan reaksi dari Perusahaan pesaing untuk tetap mempertahankan harga lama. Hal itu dilakukan perusahaan pesaing dengan tujuan untuk menyerap permintaan baru yang timbul akibat penurunan permintaan perusahaan yang menetapkan kenaikan harga tersebut.

Pembahasan
1. Perkembangan Produksi Rokok di PT Gudang Garam Tbk.
PT.Gudang Garam adalah salah satu industri rokok di indonesia yang termasuk dalam klasifikasi industri Oligopoly di Indonesia. Sehingga kebijakan penetapan total rokok Rokok yang harus diproduksi setiap tahunnya sangat tergantung pada tingkat permintaan atas rokok yang dikeluarkan tahun lalu dan tingkat persaingan harga yang terjadi antar perusahaan rokok di indonesia. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan pelanggan, mencapai target profit tahunan dan menekan defisit biaya perusahaan pada masa kenaikan cukai, Bahan Baku, dan BBM akibat inflasi nasional. Oleh karena itu, PT.Gudang Garam menargetkan total produksi kretek mencapai 60 miliar batang pada tahun 2007.

Kegiatan produksi Rokok PT.Gudang Garam selama tahun 2007 mampu menyerap tenaga kerja baru sebesar 5.64%. Hal ini diharapkan mampu memenuhi target total produksi 60 miliar batang, tetapi pada kenyataannya total produksi Rokok tahun 2007 hanya mengalami peningkatan sebesar 2,48% dari total produksi Rokok tahun 2006 sehingga pada akhir tahun 2007 total produksi hanya mencapai 59,986 M batang. Akibatnya, target awal pencapaian profit pada tahun 2007 sedikit meleset.(laporan laba-rugi PT.gudang garam tahun 2007)
Grafik 1.b

2. Analisis Keuntungan Produksi Rokok PT.Gudang Garam Tbk.
a. Internal
Analisis internal Produksi Rokok PT.Gudang Garam adalah analisis untuk mengetahui produktifitas dan pencapaian keuntungan atas produksi kretek PT.Gudang Garam tahun 2007. Dalam Analisis Internal terdapat beberapa tahap analisis yaitu 1.)identifikasi faktor-faktor produksi dan variabel-variabel yang digunakan dan mendukung fungsi-fungsi yang menjadi indikator pencapaian keuntungan Produksi Rokok PT.Gudang Garam tahun 2007. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
1. Fungsi Pendapatan (Revenue)
Fungsi Pendapatan dalam Produksi Rokok adalah fungsi yang menjadi indikator tingkat penjualan Rokok selama periode tertentu. 2 Variabel yang menyusun fungsi pendapatan adalah Harga Rokok /Batang (P) dan Jumlah Rokok (Q). Berdasarkan 2 variabel tersebut dapat ditentukan Pendapatan Total (TR), Pendapatan Rata-Rata (AR) dan Pendapatan Marginal (MR).
a. Pendapatan Total (Total Revenue)
Pendapatan total dalam produksi rokok adalah pendapatan yang diperoleh melalui penjualan atas total rokok yang diproduksi selama periode tertentu. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Total revenue :


b. Pendapatan Rata-Rata (Average Revenue)
Pendapatan Rata-rata dalam produksi rokok adalah pendapatan yang diperoleh melalui penjualan atas setiap batang rokok yang diproduksi selama periode tertentu. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Arverage Revenue :
c. Pendapatan Marginal (Marginal Revenue)
Pendapatan Marginal dalam produksi rokok adalah pendapatan Tambahan yang diperoleh penjualan atas setiap tambahan batang rokok yang diproduksi selama periode tertentu. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Total revenue :

beberapa persamaan pendapatan yang telah dipaparkan sebelumnya dan data tentang jumlah rokok yang terjual sebesar 59,986 M serta perkiraan harga rokok per-batangnya sebesar Rp.469 pada tahun 2007, dapat diketahui bahwa total Penjualan PT.Gudang Garam pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 28.158.428.000.000 yaitu meningkat sebesar 6,9% dari tahun 2006 yang mencpai 26,34 T. Peningkatan tersebut didipicu oleh pertumbuhan tingkat produksi rokok sebesar 0.5%/bulan sehingga tingkat penjualan rokok meningkat sebesar 0,5 – 0,6%, dan dapat dilihat peningkatannya pada Grafik 2.
Grafik 2.

2. Fungsi Biaya ( Total Cost)
Fungsi biaya dalam Produksi Rokok adalah fungsi yang menjadi indikator tingkat pengeluaran PT.Gudang Garam untuk memproduksi rokok selama tahun 2007. Fungsi pengeluaran atau fungsi biaya terbagi manjadi 3 yaitu :
a. Biaya Total ( Total Cost )
Biaya total Dalam Produksi Rokok adalah Keseluruhan Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah rokok selama periode tertentu. Biaya Total tersusun atas Biaya Tetap dan Biaya Variabel dan berikut ini persamaan yang digunakan untk menentukan Total Cost :


1. Biaya tetap (fix cost)
Biaya Tetap Dalam Produksi Rokok adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan Jumlah Rokok yang diproduksi dalam periode tertentu. Biaya tetap meliputi biaya administrasi (biaya perlengkapan kantor), biaya umum(biaya listrik, air, telepon dan PBB). Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Fix Cost :


2. Biaya variabel (vareable cost)
Biaya veriabel Dalam Produksi rokok adalah biaya yang besar pengeluarannya dipengaruhi oleh perubahan tingkat jumlah Rokok yang diproduksi dalam periode tertentu. Dalam hal ini biaya veriabel meliputi biaya pokok penjualan dan biaya pokok produksi (bahan baku : tembakau dan cengkeh;, upah tenaga produksi) dan biaya penjualan (transportasi, PPN/bea cukai dan lain-lain). Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Biaya variabel :
b. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost )
Biaya Total Rata-rata Dalam Produksi rokok adalah biaya Total yang dikeluarkan Perusahaan untuk memproduksi satu batang rokok selama periode tertentu. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Average Cost :
1. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fix Cost)
Biaya tetap Rata-rata Dalam Produksi rokok adalah biaya tetap yang dikeluarkan untuk menghasilkan setiap batang rokok secara eksplisit selama periode tertentu. Berikut persamaan yang digunakan untuk menentukan Average Fix Cost :
2. Biaya Variabel Rata-rata (Average Vareable Cost)
Biaya Varebel Rata-rata Dalam Produksi rokok adalah biaya yang besar pengeluarannya dipengaruhi oleh setiap batang rokok yang dihasilkan secara selama periode tertentu Berikut persamaan yang digunakan untuk menentukan Average Fix Cost :
c. Biaya Marginal (Marginal Cost)
Biaya Marginal Dalam Produksi rokok adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap tambahan produksi rokok selama peride tertentu. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan Average Vareable Cost :

Nb : Kenaikan Upah Buruh terjadi akibat tuntutan Buruh atas dampak kenaikan harga BBM
Berdasarkan perolehan data biaya produksi rokok PT.Gudang Garam selama Tahun 2007, dapat diketahui bahwa biaya tetap yang dikeluarkan setiap bulan dapat mencapai nominal Rp.119.764.562.246, sehingga total biaya tetap selama tahun 2007 sebesar Rp.1.437.174.746.951. Sedangkan, biaya penggunaan bahan baku sebagai salah satu komponen biaya variabel, selalu mengalami peningkatan 0,5 – 0,6 % sebanding prosentase dengan jumlah peningkatan output (rokok) yang dihasilkan PT.gudang Garam selama tahun 2007.
Di sisi lain biaya total upah sebagai komponen lain biaya variabel mencapai nominal Rp.380.992.644.570, dalam aspek upah kali ini, hal yang memerlukan perhatian lebih adalah dalam konsep pemberian upah yang lebih berdasarkan pada pencapaian target produksi rata-rata rokok oleh setiap buruh yaitu sebesar 31.992 batang / minggu selama 12 bulan. Setelah menganalisa total biaya tetap dan variabel maka dapat diketahui bahwa total biaya prduksi rokok PT.Gudang Garam pada tahun 2007 mencapai Rp.26.712.479.000.000 dengan kontribusi biaya variabel mencapai 94,62% dari total Biaya Produksi saat itu.

3. Fungsi Keuntungan ( Profit)
Fungsi Profit dalam Produksi rokok adalah fungsi yang terbentuk dari selisih yang terjadi antara Total Pendapatan atas penjualan rokok dan Total biaya yang dikeluarkan Perusahaan untuk menghasilkan rokok selama periode tertentu. Dalam Industri Oligopoli, perusahaan dapat mempertahankan keuntungan tanpa menaikkan harga yang memicu penurunan permintaan dengan cara melakukan program efisiensi penggunaan bahan baku yaitu melalui pemilihan bahan baku alternatif dengan harga terjangkau dan kualitas terjamin. Selain itu penghematan energi dan pemanfaatan semaksimal mungkin teknologi yang ada dalam memproduksi Rokok. Berikut ini persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat Profit :

Total keuntungan yang dicapai PT. Gudang Garam tahun 2007, terbetul atas selisih Total pendapatan Rp.28.158.428.000.000 dan total Biaya produksi sebesar Rp.26.712.479.000.000 dpat diketahui bahwa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh setiap bulannya mencapai 120,5 M dengan Prosentase peningkatan profit setiap bulan berada pada kisaran 1 – 1,2%, sehingga keuntungan total yang mampu dicapai PT. Gudang Garam pada tahun 2007 adalah Rp.1.445.949.000.000.
Dalam pencapaian total keuntungan tersebut, terdapat satu kejadian penting yang mengejutkan PT Gudang Garam yaitu adanya demonstrasi Buruh produksi PT Gudang Garam yang menuntut kenaikan upah sebagai dampak tidak langsung kenaikan harga BBM bulan oktober tahun 2007. Hal itu menimbulkan dampak penurunan total Keuntungan produksi Rokok pada bulan tersebut. Beberapa faktornya antara lain Produksi Rokok mengalami stagnan selama 2 hari dan dengan terpaksa perusahaan harus memenuhi tuntutan buruh untuk menaikkan upah dari Rp.800.000 menjadi Rp.850.000. Dengan kebijakan tersebut perusahaan berharap menekan kerugian yang lebih besar pada bulan oktober yang mencapai 1,9 M meskipun pada kenyataannya memicu anjloknya perolehan keuntungan pada bulan Oktober dibanding bulan sebelumnya. Tetapi setelah dilakukan penyesuaian atas produksi rokok, pada bulan berikutnya PT.gudang Garam Mampu bangkit kembali dengan perolehan keuntungan meningkat sebesar 1,15% dari bulan lalu menjadi Rp. 124.834.630.327.lebih jelasnya hal tersebut dapat di lihat pada grafik 4b.

Grafik 4b.

b. Eksternal
Analisis Eksternal Produksi Rokok PT.Gudang Garam adalah analisis untuk mengetahui kondisi persaingan atas penguasaan pasar Rokok PT.Gudang Garam tahun 2007 dibanding Perusahaan Pesaing dalam industri rokok di indonesia. Berikut ini merupakan tampilan data perolehan Total Produksi Rokok yang mampu diberikan 5 perusahaan Besar Rokok dalam memenuhi seluruh Permintaan Pasar atas Rokok di Indonesia.
Tabel 4.
Data Perolehan Tingkat Persaingan 5 Perusahaan Besar Rokok di Indonesia
Dalam Memenuhi Produksi Rokok Nasional selama Tahun 2003 - 2007
Perusahaan 2003 (Batang) 2004 (Batang) 2005 (Batang) 2006 (Batang) 2007 (Batang)
Gudang Garam 62,249,695,755 58,782,962,927 58,842,650,273 59,906,000,000 59,986,293,032
HM Sampoerna 34,798,320,317 38,689,877,417 40,222,365,778 45,694,000,000 50,533,600,000
Djarum 35,519,725,757 35,483,533,985 38,787,276,415 43,274,000,000 45,041,800,000
Phillip Morris 8,903,661,881 7,598,062,316 8,829,785,946 10,296,000,000 11,254,800,000
Bentoel 3,777,886,385 3,750,450,197 3,946,495,750 4,928,000,000 5,604,800,000
Lain-lain 106,843,942,576 108,801,920,472 107,532,043,298 115,808,000,000 113,565,000,000
189,843,536,916 194,323,844,387 199,317,967,188 220,000,000,000 226,000,000,000
Berdasarkan data Perolehan Persaingan 5 Perusahaan Besar Rokok di Indonesia dalam memenuhi permintaaan Pasar Rokok di Indoneisia, dapat diketahui Bahwa dari 5 perusahaan besar Dalam Industri rokok di Indonesia, HM sampoerna adalah salah satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan cepat selama tahun 2003 – 2007 dalam menguasai pangsa pasar di Indonesia tepat di bawah PT. Gudang Garam. Di sisi lain Selama Tahun 2003-2007, PT. Gudang Garam mengalami sedikit tekanan ketika Tingkat produksi Rokoknya terus mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 1,56%/tahun, sedangkan tingkat Produksi rokok HM Sampoerna terus mengalami peningkatan rata-rata 1,01% /tahun. Peningkatan Produksi rokok juga dialami oleh 3 perusahaan lainnya yaitu PT. Djarum dengan peningkatan produksi sebesar 0,31% /tahun, Phillip Morris Co.Ltd. dengan peningkatan produksi sebesar 0,07% /tahun, dan PT. Bentoel dengan peningkatan produksi sebesar 0,12% /tahun serta Perusahaan Lain-lain dengan peningkatan produksi sebesar 0,05% / tahun.
Bila dikaitkan dengan ketatnya persaingan 5 perusahaan besar rokok dalam industri rokok di indonesia, peluang perusahaan baru untuk ikut mmberikan kontribusi dalam produksi rokok nasional selama tahun 2003 – 2007 secara kilas pandang mampu menyumbang sebesar 23,5% - 25% dari total Produksi rokok nasional (data komulatif seluruh perusahaan rokok baru di indonesia). Untuk mengetahui besarnya kontribusi 5 perusahaan Besar dan Gabungan Perusahaan Rokok baru dalam Industri rokok di Indonesia dapat terlihat lebih jelas pada grafik_5.
Grafik 5.

Melalui analisis Keuntungan Produksi Rokok yang dicapai PT. gudang Garam Tahun 2007 dan Tingkat Persaingan produksi rokok PT. Gudang Garam dalam Industri rokok di Indonesia, dapat ditarik garis besar bahwa Suatu Perusahaan yang termasuk dalam Kategori Industri Oligopoli harus memiliki 2 Target yang berjalan beriringan yaitu :
1. Perusahaan Mampu meningkatkan perolehan keuntungan bersih perusahaan dalam jangka panjang.
2. Perusahaan mampu meningkatkan Total Produksi untuk menguasai pasar di atas para perusahaan pesaing dan menjadi Pihak yang dominan dalam penguasaan kondisi pasar baik dalam penetapan tingkat harga barang hingga tingkat kualitas barang.

Kesimpulan
1. PT. Gudang Garam Tbk. adalah salah satu Perusahaan Rokok dari 4 Perusahaan besar lainnya seperti PT. HM Sampoerna, PT. Djarum, Philip Morris Co.Ltd dan PT. Bentoel yang termasuk dalam kategori Industri Oligopoli dengan menguasai hingga 30% Produksi Rokok Kretek Nasional pada tahun 2007.
2. Berdasarkan Analisis Keuntungan Produksi Rokok PT.Gudang Garam pada tahun 2007 melalui Teori Pendapatan dan Teori Biaya Produksi, dapat diketahui bahwa Perkembangan produksi rokok PT.Gudang Garam pada tahun 2007 berada pada kondisi kedewasaan dalam siklus Usaha sehingga Konsep keuntungan maksimal belum dapat di ketahui secara jelas, tetapi selama tahun 2007 keuntungan maksimal dapat ditentukan melalui tingkat kenaikan keuntungan tertinggi setiap bulannya dan kondisi tersebut terjadi bulan November yang mengalami kenaikan keuntungan sebesar 1,15% dari bulan oktober(*terjadi demonstrasi buruh).jadi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan keuntungan PT. Gudang Garam antara lain:
a. Tingkat Produktifitas Tenaga Produksi
b. Tingkat Efektivitas dan Efisiensi Pengelolaan Biaya Produksi
c. Tingkat Penetapan Harga Eceran Tertinggi Rokok
3. Dalam Persaingan Industri Rokok sebagai Industri oligopoly, Setiap perusahaan terkait memiliki peran untuk saling meningkatkan produksi rokok dengan tujuan menjadi perusahaan yang dominan dalam penguasaan pasar sehingga memiliki kekuatan untuk menetapkan standar harga dan kualitas rokok yang ada dalam pasar yang secara tidak langsung akan memberikan reaksi perusahaan pesaing lain untuk menyesuakan diri.
4. Dalam Teori Pasar oligopoly, Kurva Permintaan Patah tidak dapat terwujud dalam kegiatan Produksi PT. Gudang Garam tahun 2007, sebab kondisi harga Rokok pada tahun tersebut cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikan harga.

Kritik dan Saran

1. Dalam penyusunan suatu laporan ilmiah diharapkan memiliki rumusan masalah yang logis, realistis dan dapat dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif
2. Dalam penyusunan laporan ilmiah diharapkan memiliki landasan teori yang kokok sebagai dasar analisis suatu kondisi objek tertentu sesuai bidang keilmuan terkait.
3. Dalam penyusunan suatu laporan ilmiah diharapkan memiliki data statistik yang mendukung analisis objek tertentu minimal selama 2 – 3 tahun berkelanjutan.
4. Secara teknis penyusunan suatu laporan ilmiah diharapkan sesuai dengan dengan standar resmi penyusunan laporan ilmiah yang baik dan benar.

Daftar Pustaka
Sukirno, Sadono.Pengantar Teori Mikroekonomi.2002.PT.RajaGrafindoPersada:Jakarta
http://www.gudanggaramtbk.com/indonesia/
http://www.mudrajad.com/upload/journal_struktur-kinerja-kluster-industri-rokok.pdf
http://plinplan.com/bisnis/keuangan/7042/2008/01/31/produksi-rokok-indonesia-2007-capai-226-miliar-batang/
http://www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree/media/TheTobaccoSourceBook/BukuTembakau/ch.3-march.ino_SB1,mar04.pdf.
http://www.pemoeda-pemoedi.blogspot.com
http://www.bentoel.com
http://bankdata.depkes.go.id/kompas/Kota%20Kediri. pdf
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/kediriv. pdf
http://kompas.co.id
http://sinarharapan.co.id
http://www.visdatin.com/pdf/visinws-ed09. pdf
http://www.visdatin.com/pdf/toc_rokok_ind. pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar